Photo by eberhard grossgasteiger on Pexels.com

Suatu siang pasca Jaga Malam di penghujung bulan Januari 2023. Mengalun dengan syahdu lagu berjudul Maha Guru oleh Mayada, setia menemani setiap kata yang akan tertuang dalam lembaran ini.

“Guru Belahan Jiwa Kekasih yang Sempurna

Akhlakmu mempesona duhai bulan purnama

Berlimpahnya cintamu mulia ajaranmu

Tumbuh subur di qalbu jantung darah dagingku

Maju bangkitlah jiwa hati penuhi cinta

Janganlah kau tergoda oleh surga dunia

Karena tujuan kita hanya Dia semata“

Masih terkenang malam Rebo Legi tanggal 6 Juni 2012, saat itu status masih menjadi mahasiswi semester dua Psikologi UIN Malang. Kebetulan Dosen kami mengajak 3 mahasiswinya yang suka diskusi untuk mengikuti momen perdana diskusi bersama masyarakat umum di LAD 77 atau kependekan dari sebuah alamat yang bernama Landung Sari Asri No. 77. Saat itu saya adalah bagian dari mahasiswi yang suka tanya pada beliau. Tak lain bentuk dari sadar diri sebagai lulusan anak IPS semasa SMA yang harus berjibaku dengan Psikologi Faal yang sarat akan bahasan kondisi fisik manusia yang berkaitan dalam proses psikologis manusia. Psikologi Faal saat itu agak njlimet, sedang terakhir kali saya belajar biologi adalah saat kelas 10 SMA. Pendek kata malam itu adalah untuk pertama kalinya sowan ke Ndalem Ustadz Fuad. Tentu saja saya belum ngeh apa dan siapa itu Ustadz Fuad, apalagi Maiyah. Masih jauh dari kata paham.

Di akhir 2013 teman-teman jurusan Fisika berencana mendatangkan Mas Sabrang Mowo Damar Panuluh, yang tak lain putra dari Cak Nun. Sedang Ustadz Fuad sendiri adalah kakak kandung dari Cak Nun. Sejurus kemudian dosen kami menyarankan untuk segera sowan Ustadz Fuad dengan keyakinan bahwa beliau lebih tahu bagaimana caranya mengundang Mas Noe Letto itu ke Malang. Dan terjadilah pada desember 2013 itu Seminar teman-teman Fisika bersama Mas Noe Letto yang notabene merupakan lulusan jurusan Fisika dan Matematika di Alberta, Kanada.

Saat saya masih di Malang beliau cukup sering menemani teman-teman Maiyah Relegi melingkar di Masjid An-Nur Polinema. Ditengah kesibukan beliau yang menjabat sebagai dosen dan dekan di UM Malang. 

Lama berselang, jalan hidup kembali lagi membawa kami ke Malang pasca Wisuda dan beberapa tahun bekerja. Saya dengan sahabat menjenguk beliau Ustadz Fuad sekitaran tahun 2019. Saat itu kami pun tak begitu tahu penyakit apa yang mendera beliau hingga mengharuskan berkali-kali perawatan di rumah sakit. Diantara momen yang tak terlupa kami para bocil ini dapat kesempatan ngangsu kawruh pada Beliau,  ditengah masa sakitnya.   

12 April 2021

Hingga suatu ketika Ustadz Fuad menginisiasi Sinau Bareng Bahasa Arab Al-Qur’an dan kemudian berkembang menjadi Metode Pembelajaran Al-Manhal. Saya pun ingin masuk di grup WA yang beliau bina. Ustadz pun menanyakan apakah saya sudah mulai kuliah di Jerman.

“Nafisah sudah bisa masuk universitas sekarang?” jawabannya sayangnya masih „“belum“. Agaknya pesan ini juga merupakan beliau yang harus segera saya tuntaskan. Meskipun untuk belajar bahasa Jerman dan kuliah di Jerman merupakan tantangan tersendiri walaupun sudah tinggal di Jerman lebih dari 6 tahun.

17 November 2021 selepas Mocopat Syafaat di Rumah Maiyah Kadipiro, alhamdulillah bisa ngangsu kawruh langsung dengan bonus salim di penghujung acara. Rupanya, itu pula momen terakhir saya bermuwajahah dengan beliau. 

16 Januari 2023, rencananya mudik tahun ini sangat ingin menjenguk beliau lagi. Namun apalah daya, Jumat Legi, 20 Januari 2023 Sang Maha Cinta telah memanggil keharibaanNya.

Ibarat Rasulullah Muhammad Saw itu diangka 10, Beliau Ustadz Fuad selalu memilih dan menilai keseluruhan hidupnya di angka 7. Meskipun Beliau sangat layak di angka 9. Sangat tampak dari diri beliau Uswatun Khasanah di Abad ini, yang memudahkan kami menvisualisasi, bahwa benar-benar ada seorang Manusia yang bisa dan memiliki kualitas mendekati seperti Rasulullah di Bumi ini.

“Rasa Kehilangan, Hanya akan ada

Jika kau pernah merasa memilikinya“

Letto, Memiliki Kehilangan

Sugeng tindak Ustadz, teladan kami dalam bidang Pendidikan, kesederhanaan dan semangat tak terbatas meski beliau sendiri sedang sakit. Mutiara yang akan terus hidup di aliran darah dan hati kami. 

Nafisatul Wakhidah

Bayern, 27 Februari 2023