Photo by Pixabay on Pexels.com

Ada hal baru yang saya temui di tahun 2020 saat masih menjadi siswa Ausbildung di sekolah keperawatan disini. Kebetulan saat itu saya sedang ditugaskan di Sozialstation selama beberapa waktu. Konsep Sozialstation ini agak mirip dengan pelayanan homecare yang ada di Indonesia. Dimana para perawat mengunjungi satu persatu rumah pasien dan melakukan tindakan sesuai yang dibutuhkan seperti mengecek gula darah pasien, mengganti perban, dan memakaian Medizinische kompressionsstrümpfe, dll. Hal baru itu ialah ketika melihat para lansia memakai kalung atau gelang khusus dengan tombol berwarna merah. Setelah bertanya pada kolega, barulah saya tahu bahwa itu bukanlah sembarang aksesories. Gelang dan Kalung itu menyimpan fungsi yang sangat besar, yakni menyelamatkan penggunanya saat terjadi kondisi darurat. Aksesories itu digunakan sebagai Notruf.

Bagi orang yang sering ke Rumah sakit di Jerman baik sebagai pasien ataupun bekerja disana, maka tak asing dengan yang namanya notruf. Notruf dalam Bahasa Indonesia bisa diartikan dengan panggilan darurat. Di Rumah Sakit, Notruf Alarm ini berfungsi agar kalau pasien membutuhkan bantuan dari perawat ataupun terjadi kondisi darurat maka saat pasien memencetnya bantuan akan segera datang. 

Seiring semakin berkembangnya teknologi, Sistem Notruf ini bukan hanya ada di Rumah sakit saja. Contoh lain Notruf di Jerman ini juga diterapkan dalam berbagai bentuk menyesuaikan situasi dan kondisi.  Di Rumah Sakit alarm notruf ini berwujud semacam remote. Sedangkan,  yang dimiliki oleh para lansia yang kebanyakan tinggal di apartemen seorang diri biasanya berbentuk gelang ataupun kalung dengan bandul Notruf. Para lansia ini bisa tinggal memencet tombol yang ada di gelang atau kalung tersebut ketika terjadi peristiwa darurat seperti terjatuh di kamar mandi, maka dalam jangka waktu maksimal 15 menit mobil ambulance datang dan membantu pasien membawanya ke pusat bantuan terdekat. Pun di Jerman ini untuk pengadaan alat bantu seperti kalung dan gelang tersebut juga akan dibantu sistem pembayarannya oleh asuransi kesehatan.

Setelah sekian lama berjibaku dengan sistem kesehatan di Jerman maka saya jadi semakin mengerti pentingnya langkah preventif dalam segala hal kehidupan. Merefleksi kembali momen saat pertama kali memutuskan pergi ke Luar Negeri seorang diri di bulan April tahun 2016. Saat itu penggunaan serta keterjangkauan internet dan media sosial belum seramai hari ini. Tahun-tahun sebelumnya saya sempat berburu buku baru ataupun bekas berbahasa Jerman bahkan sampai di Pasar Buku Shopeng, Samping Taman Pintar Yogyakarta. Mengingat minimnya akses buku ataupun youtube dimasa itu. 

Ide usil lainnya yakni iseng memberanikan diri mengajak ngobrol turis-turis yang sedang bersliweran baik di sekitar Borobudur atapun Malioboro. Salah satu obrolan yang berhasil diingat waktu itu, ketika para Bule ini ingin mencari buah-buah tropis khas Indonesia. Maka, Pasar Bringharjo kebetulan tempat paling dekat yang bisa disarankan untuk memberikan gambaran makanan ataupun buah musiman yang sedang panen di sekitar Yogya saat itu.  

Notrufsysteme

Setelah difikir lagi, ternyata momen nekat ke luar negeri tahun 2016 itu memberikan banyak pelajaran kehidupan. Pelajaran pertamanya, cari sebanyak mungkin informasi di internet, bertanya di grup media sosial atau perkumpulan orang indonesia di suatu negara ataupun orang yang sudah berpengalaman dengan cara bertahan hidup ditempat baru tersebut sebelum kita datang.  Di Jerman contohnya ada grup Facebook PPI Jerman, AFA Germany (Aupair FSJ Ausbildung aus Indonesien), atau laman Instagram resmi pemerintah seperti @indonesianinfrankfurt, @indonesiainber, dan  @indonesiainhamburg.

Yang kedua, saat hendak ke luar negeri seorang diri sebisa mungkin segera memberikan alamat calon tempat tinggal yang dituju minimal ketiga orang terdekat. Agar kalau ada apa-apa mereka tahu dimana keberadaan kita. 

Selain itu diusahakan memberikan Notruf (Nomer telefon darurat) atau kontak nomer orang terdekat kita di luar negeri kepada orang tua atau sahabat terdekat kita ditanah air. Agar dalam kondisi darurat mereka tahu kemana harus mencari info jika terjadi apa-apa pada diri kita. 

Sudah masyhur dikenal bahwa contohnya di negara Eropa kebudayaannya sangat individualis. Jadi akan sangat susah bagi pihak keluarga untuk menghubungi jika berada diluar negeri seorang diri dan tiada kontak yang ditinggalkan. Sebab kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Entah itu ketika ada musibah sakit, kecelakaan, atau kondisi terburuknya meninggal seorang diri di apartemen tanpa seorang terdekat pun yang mengetahui. 

Diantara tips lain adalah menuliskan nomer-nomer penting orang terdekat kita baik keluarga di tanah air ataupun teman-teman dirantau diatas selembar kertas kemudian ditempelkan atau digantung pada tempat yang cukup mencolok di apartemen ataupun kamar kita. 

Selain itu, sebisa mungkin memiliki teman dekat tempat curhat ketika terjadi masalah agar memiliki support system selama menjadi anak rantau. Sebab cukup mudah menemui orang-orang Indonesia seperti dalam acara 17an di KJRI, momen keagamaan seperti Sholat Ied, Pengajian Bulanan ataupun perkumpulan kampus lainnya.

13 Januari 2023

Nafisatul Wakhidah

Bayern, Germany