Setahun lebih saya sudah bekerja sebagai Perawat di IGD (Instalasi Gawat Darurat) sebuah Rumah Sakit Umum di Negara Bagian Bayern, Jerman. Rasanya seperti dejavu. Bagaimana bisa mantan anak SMA lulusan jurusan IPS bekerja sebagai perawat? Kok bisa sudah lulus S1 Psikologi kok malah jadi Perawat? Dan rentetan pertanyaan lanjutan lain yang begitu singkat dijawab namun butuh enam tahun lebih dalam menjalaninya.

Ya, semua sangat mungkin terjadi di dunia ini dengan ijin-Nya. Tak pernah menyangka anak 17 tahun yang pernah mengungsi saat Erupsi eksplosif Gunung Merapi 2010 lalu itu benar-benar menjalani hidup yang pernah dibatinnya saat di pengungsian. “Ya Allah semoga suatu saat nanti bisa menolong jika ada kondisi seperti ini lagi entah sebagai perawat, psikolog maupun dokter.“  kira-kira demikianlah bunyinya. 

Seakan semuanya sudah diperjalankan olehNya. Dulu waktu masih mahasiswa di Malang, sangat sering saya melihat dr. Christyaji (Bapak Guru) baru pulang dari Jaga di IGD RSSA lanjut nyopir sekitar 3 jam-an untuk sampai di Jombang dan mengikuti Majlis Maiyah Padhangmbulan. Saat ini saya baru bisa benar-benar menyadari betapa capeknya, betapa militannya, Beliau saat itu ketika membawa seluruh keluarga beserta beberapa mahasiswa kesana. 

Hidup dalam 3 shift kerja saja sudah tidak mudah, apalagi setelah itu menempuh Malang Jombang yang minimal 100 km. Kalau bukan karena energi melingkar dan magnet Maiyah rasanya sudah tak terbayangkan. Pun yang terus konsisten saya lihat pada beliau ialah bagaimana mengajari kami entah alumni maupun mahasiswa aktifnya untuk terus berlomba-lomba menabung kebaikan. Tak lain dan tak bukan karena Simbah Guru Maulana Muhammad Ainun Nadjib juga sudah mengajari laku itu di sepanjang hidupnya.

Maiyahan Mocopat syafaat 17 April 2023 ini begitu spesial. Pertama, untuk pertama kalinya bisa ngajak suami maiyahan, kedua karena menjadi momen melingkar maiyahan perdana lagi di TKIT Alhamdulillah pasca Pandemi Covid-19 dan yang ketiga sebagai pelipur lara setelah berjibaku dengan beragam pasien dan beraneka nasib hidup manusia di rumah sakit. Dan paling akhir karena dapat bonus salim dan bercengkerama singkat dengan Simbah.

Bapak Guru dulu pernah menyampaikan bahwa IGD adalah miniatur kecil, gambaran kualitas kehidupan masyarakat yang hidup disekitar sana baik dalam skala kota maupun negara. Bagaimana gambaran yang terjadi ketika jum´at malam warga banyak yang party dan IGD dipenuhi dengan pasien mabuk plus beragam lukanya, gambaran para lansia yang tinggal seorang diri jauh dari keluarga intinya atau bahkan memang sudah ditinggalkan anak-anaknya, dll. Mungkinkah arah kehidupan penghuni mayoritas penduduk bumi ini kesana? Rasanya dan semoga Maiyah benar-benar menjadi gelembung yang membawa manusia khusnul khotimah melewati dunia. Terima kasih Semesta.

Nafisatul Wakhidah

Bayern, Jerman

1 Juni 2023